Diterima di
perguruan tinggi negeri faforit adalah impian bagi setiap siswa yang akan
melanjutkan ke perguruan tinggi. Termasuk aku, yang saat itu aku bermimpi untuk
bisa melanjutkan pendidikan ke peguruan tinggi. Aku kemudian mencari informasi
mengenai SNMPTN, yang merupakan jalur masuk PTN.
Ternyata SNMPTN
merupakan jalur undangan tanpa tes tertulis. Dengan nilai rapot yang bagus dan
prestasi-prestasi yang didapatkan, kemungkinan untuk di terima di PTN sangat
besar. Jika dilihat dari nilai rapot, alhamdulillah nilaiku cukup bagus,
sedangkan jika dilihat dari prestasiku selama di SMA, aku tidak memiliki
prestasi apapun. Akupun sedikit ragu untuk diterima lewat jalur SNMPTN. Namun,
menurut kakak alumni, walaupun tidak memiliki prestasi di sekolah, kemungkinan
untuk masuk PTN lewat jalur tersebut masih cukup besar, asalkan nilai UN yang
harus bagus. Itu membuat aku bersemangat untuk peluang diterima di PTN.
Semenjak kelas satu
SMA, aku bercita-cita untuk menjadi pengusaha di bidang pertanian. Cita-citaku
sempat ditertawakan oleh salah satu teman di kelasku. Menurutnya, untuk menjadi
seorang petani tidak usah sekolah yang tinggi, cukup membeli lahan untuk
menjadi seorang petani pun bisa. Pendapatnya tidak salah dan juga tidak benar,
hanya pemikiran aku dengannya yang berbeda.
Aku ingin menjadi
seorang petani. Petani yang sukses, bisa bermanfaat untuk masyarakat, untuk perut-perut
yang lapar, dan pastinya memberikan manfaat yang banyak. Lalu bagaimana agar
aku bisa menjadi petani yang sukses? Salah satu sahabatku yang mengetahui
cita-citaku, dia mendukungku. Dia menyarankanku untuk melanjutkan sekolah ke
IPB. Lucunya aku tidak tahu apa IPB itu? Dimana IPB itu? Haha... aku
benar-benar kuno.
Oh.. ternyata IPB
itu Institut Pertanian Bogor, yang memfokuskan risetnya di bidang pertanian,
dan menghasilkan lulusan-lulusan yang sukses. Bahkan untuk diterima di IPB bisa
dibilang sulit, karena banyak banget yang ngedaftar ke sana. Dan IPB merupakan
salah satu universitas faforit di Indonesia. “Wow.. apakah aku bisa di terima
di IPB?” itu adalah pertanyaan dibenakku.
“Jika aku ingin, aku
pasti bisa.” Itu adalah kata-kata penyemangatku. Akupun belajar dengan
sungguh-sunguh untuk mempersiapkan UN mendatang. Dan mengejar target cita-cita
awalku yaitu diterima di IPB.
Pembukaan
pendaftaran PTN melalui SNMPTN pun mulai dibuka. Aku pun meminta persetujuan
ibuku, untuk mendaftar ke IPB. Namun, ibuku tidak mengijinkan, karena di Bogor
tidak ada sanak saudaraku. Ibuku hanya mengjinkan aku untuk bersekolah di
Bandung. Betapa kacaunya persaanku, ketika sebuah mimpi yang direncanakan tidak
sesuai dengan harapan.
Akupun memutuskan
untuk menuliskan ITB di formulir SNMPTN sebagai pilihan pertama, dan Unpad
dipilihan kedua. Keputusan itu sangatlah sulit, entah apa yang akan terjadi
selanjutnya. Apakah aku diterima atau tidak, kecewa atau tidak. Harapanku
adalah yang terbaik semoga terjadi, walaupun dalam bentuk kekecewaan, jika itu
yang terbaik, aku yakin itulah jalan yang terbaik yang telah Allah berikan kepadaku.
Tak terasa try out UN dan UN pun telah dilalui. Dan
sebualan kemudian pengumuman lolos atau tidak lolosnya dari jalur SNMPTN pun
diumumkan. Sangat sulit diterima, aku tidak lolos SNMPTN. Perasaanku sangat
kecewa, sedih, dan campur aduk. Melihat teman-teman satu SMA ku yang diterima
di PTN aku pun merasa senang campur sedih.
Tak boleh menyerah,
masih ada satu kesempatan lagi, yaitu jalur SBMPTN yang merupakan jalur
tertulis bersama. Persiapan untuk menghadapi SBMPTN pun aku siapkan seadanya.
H-14 menjelang SBMPTN, aku belajar setiap waktu di rumah. Lalu, aku membujuk
ibuku untuk mengijinkan aku untuk melanjutkan ke IPB. Dengan sabar dan dengan
alasan yang meyakinkan ibuku, aku pun akhirnya diijinkan. Alhamdulillah, aku
memilih prodi Agronomi dan Hortikultura di IPB yang sesuai dengan cita-citaku.
Tes SBMPTN ku di
Bandung, banyak hal unik yang aku alami saat menjelang tes tersebut yang
pertama adalah sakit perut. Saat jam setengah enam, perutku terasa sakit dan
sedikit mual. Dan saat di elf pun perutku masih terasa sakit. Yang kedua adalah
peserta yang mengikuti tes terlihat hebat-hebat. Mereka duduk menunggu sambil
mengerjakan dan menghapal rumus, ada yang ngaji dan lain-lain. Dan ketiga,
perbekalan yang aku bawa saat itu adalah telur rebus 4 butir. Haha.. aku
benar-benar konyol.
Pukul tujuh dimulai
tes SBMPTN. Tak peduli dengan rasa sakit perutku, akupun berfokus mengerjakan
soal-soal SBMPTN. Alhamdulillah, melihat soal-soal SBMPTN yang begitu sulit
tidak membuat parah sakit perutku. Aku pun mengerjakan soal-soal yang mudah
terlebih dahulu. Alhamdulillah, beberapa soal-soal yang terdapat pada SBMPTN
merupakan soal-soal yang pernah aku pelajari.
H-17 menjelang
pengumuman hasil seleksi jalur SBMPTN pun tek terasa begitu lama jika ditunggu.
Hari yang ditunggu pun datang. Jam enam sore pengumuman seleksi jalur SBMPTN
pun akan di umumkan di laman SBMPTN. Setelah berbuka puasa dan shalat, aku pun
memberanikan diri untuk melihat penguman tersebut. Ibuku di sampingku
menemaniku melihat hasil tesku. Aku takut ibuku akan sedih jika aku tidak
diterima. Bismillahirrahmannirrahiim.. alhamdulillah, aku lolos! Aku lolos!
Haha.. betapa senangnya aku. Tentunya ibukupun ikut senang. Alhamdulillah
terimakasih ya Allah. Aku akan berusaha mencapai cita-citaku berikutnya. Semangat!
J
Salah satu
cita-citaku sudah tercapai, Bagaimana denganmu? Ini ceritaku, apa ceritamu? J semangat teman!! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar