Kamis, 02 Oktober 2014

Petualangan Masuk PTN

Diterima di perguruan tinggi negeri faforit adalah impian bagi setiap siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Termasuk aku, yang saat itu aku bermimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan ke peguruan tinggi. Aku kemudian mencari informasi mengenai SNMPTN, yang merupakan jalur masuk PTN.
Ternyata SNMPTN merupakan jalur undangan tanpa tes tertulis. Dengan nilai rapot yang bagus dan prestasi-prestasi yang didapatkan, kemungkinan untuk di terima di PTN sangat besar. Jika dilihat dari nilai rapot, alhamdulillah nilaiku cukup bagus, sedangkan jika dilihat dari prestasiku selama di SMA, aku tidak memiliki prestasi apapun. Akupun sedikit ragu untuk diterima lewat jalur SNMPTN. Namun, menurut kakak alumni, walaupun tidak memiliki prestasi di sekolah, kemungkinan untuk masuk PTN lewat jalur tersebut masih cukup besar, asalkan nilai UN yang harus bagus. Itu membuat aku bersemangat untuk peluang diterima di PTN.
Semenjak kelas satu SMA, aku bercita-cita untuk menjadi pengusaha di bidang pertanian. Cita-citaku sempat ditertawakan oleh salah satu teman di kelasku. Menurutnya, untuk menjadi seorang petani tidak usah sekolah yang tinggi, cukup membeli lahan untuk menjadi seorang petani pun bisa. Pendapatnya tidak salah dan juga tidak benar, hanya pemikiran aku dengannya yang berbeda.
Aku ingin menjadi seorang petani. Petani yang sukses, bisa bermanfaat untuk masyarakat, untuk perut-perut yang lapar, dan pastinya memberikan manfaat yang banyak. Lalu bagaimana agar aku bisa menjadi petani yang sukses? Salah satu sahabatku yang mengetahui cita-citaku, dia mendukungku. Dia menyarankanku untuk melanjutkan sekolah ke IPB. Lucunya aku tidak tahu apa IPB itu? Dimana IPB itu? Haha... aku benar-benar kuno.
Oh.. ternyata IPB itu Institut Pertanian Bogor, yang memfokuskan risetnya di bidang pertanian, dan menghasilkan lulusan-lulusan yang sukses. Bahkan untuk diterima di IPB bisa dibilang sulit, karena banyak banget yang ngedaftar ke sana. Dan IPB merupakan salah satu universitas faforit di Indonesia. “Wow.. apakah aku bisa di terima di IPB?” itu adalah pertanyaan dibenakku.
“Jika aku ingin, aku pasti bisa.” Itu adalah kata-kata penyemangatku. Akupun belajar dengan sungguh-sunguh untuk mempersiapkan UN mendatang. Dan mengejar target cita-cita awalku yaitu diterima di IPB.
Pembukaan pendaftaran PTN melalui SNMPTN pun mulai dibuka. Aku pun meminta persetujuan ibuku, untuk mendaftar ke IPB. Namun, ibuku tidak mengijinkan, karena di Bogor tidak ada sanak saudaraku. Ibuku hanya mengjinkan aku untuk bersekolah di Bandung. Betapa kacaunya persaanku, ketika sebuah mimpi yang direncanakan tidak sesuai dengan harapan.
Akupun memutuskan untuk menuliskan ITB di formulir SNMPTN sebagai pilihan pertama, dan Unpad dipilihan kedua. Keputusan itu sangatlah sulit, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah aku diterima atau tidak, kecewa atau tidak. Harapanku adalah yang terbaik semoga terjadi, walaupun dalam bentuk kekecewaan, jika itu yang terbaik, aku yakin itulah jalan yang terbaik yang telah Allah berikan kepadaku.
Tak terasa try out UN dan UN pun telah dilalui. Dan sebualan kemudian pengumuman lolos atau tidak lolosnya dari jalur SNMPTN pun diumumkan. Sangat sulit diterima, aku tidak lolos SNMPTN. Perasaanku sangat kecewa, sedih, dan campur aduk. Melihat teman-teman satu SMA ku yang diterima di PTN aku pun merasa senang campur sedih.
Tak boleh menyerah, masih ada satu kesempatan lagi, yaitu jalur SBMPTN yang merupakan jalur tertulis bersama. Persiapan untuk menghadapi SBMPTN pun aku siapkan seadanya. H-14 menjelang SBMPTN, aku belajar setiap waktu di rumah. Lalu, aku membujuk ibuku untuk mengijinkan aku untuk melanjutkan ke IPB. Dengan sabar dan dengan alasan yang meyakinkan ibuku, aku pun akhirnya diijinkan. Alhamdulillah, aku memilih prodi Agronomi dan Hortikultura di IPB yang sesuai dengan cita-citaku.
Tes SBMPTN ku di Bandung, banyak hal unik yang aku alami saat menjelang tes tersebut yang pertama adalah sakit perut. Saat jam setengah enam, perutku terasa sakit dan sedikit mual. Dan saat di elf pun perutku masih terasa sakit. Yang kedua adalah peserta yang mengikuti tes terlihat hebat-hebat. Mereka duduk menunggu sambil mengerjakan dan menghapal rumus, ada yang ngaji dan lain-lain. Dan ketiga, perbekalan yang aku bawa saat itu adalah telur rebus 4 butir. Haha.. aku benar-benar konyol.
Pukul tujuh dimulai tes SBMPTN. Tak peduli dengan rasa sakit perutku, akupun berfokus mengerjakan soal-soal SBMPTN. Alhamdulillah, melihat soal-soal SBMPTN yang begitu sulit tidak membuat parah sakit perutku. Aku pun mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu. Alhamdulillah, beberapa soal-soal yang terdapat pada SBMPTN merupakan soal-soal yang pernah aku pelajari.
H-17 menjelang pengumuman hasil seleksi jalur SBMPTN pun tek terasa begitu lama jika ditunggu. Hari yang ditunggu pun datang. Jam enam sore pengumuman seleksi jalur SBMPTN pun akan di umumkan di laman SBMPTN. Setelah berbuka puasa dan shalat, aku pun memberanikan diri untuk melihat penguman tersebut. Ibuku di sampingku menemaniku melihat hasil tesku. Aku takut ibuku akan sedih jika aku tidak diterima. Bismillahirrahmannirrahiim.. alhamdulillah, aku lolos! Aku lolos! Haha.. betapa senangnya aku. Tentunya ibukupun ikut senang. Alhamdulillah terimakasih ya Allah. Aku akan berusaha mencapai cita-citaku berikutnya. Semangat! J
Salah satu cita-citaku sudah tercapai, Bagaimana denganmu? Ini ceritaku, apa ceritamu? J semangat teman!! J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar